"Kapan kawin?"
"Mana istrinya? Kirain udah bawa 'buntut'."
"Pokoknya lebaran depan kamu harus bawa calon!"
"Jangan sampai kamu dilangkahi adikmu! Gak baik."
Kata-kata di atas dan banyak lagi kata-kata lainnya yang sejenis terngiang-ngiang di telinga seperti ratusan nyamuk yang berputar-putar di kepala. Kata-kata itu dilontarkan oleh paman, bibi, adik, sepupu, keponakan, tetangga dan orang lain yang saya kenal. Apabila kita berusia menjelang 30 dan belum memiliki calon bahkan dekat dengan seseorang pun tidak, apa jawaban Anda dengan pertanyaan-pertanyaan di atas?(Ah, Anda mungkin tidak pernah mengalami hal itu) Terkadang tersenyum tersipu-sipu padahal hati kesal. Apa ya, penjelasan yang membuat mereka berhenti menanyakan hal itu.
Kawin apa nikah? --Sebenarnya tidak terlalu penting pembahasan ini--Secara istilah artinya sama saja, yang beda asal bahasanya. Apabila Anda mengatakan kawin dan pikiran anda bersih (tidak jorok) , artinya sama saja dengan nikah. Tapi kalau pikiran Anda jorok maka akan berkonotasi senggama.
Terlepas dari hal itu, apakah salah dan dosa apabila masih melajang di umur segini? --Atau bahkan mungkin melajang seumur hidup--Saya mengetahui ada hadits Nabi yang mengatakan "... Tidak sempurna menjadi umatku apabila kau belum menikah." Tapi kan, katanya jodoh di tangan Tuhan. Jadi apakah harus memaksakan diri hanya demi status dan pandangan orang lain? Kenapa orang-orang harus repot-repot dengan lajangnya orang lain. Padahal yang bersangkutan sendiri biasa saja atau bahkan nyaman dengan kelajangan dia. Malah yang dia khawatirkan adalah pandangan orang terhadap dirinya. Apalagi orang-orang yang melajang di usia matang selalu dipandang lain dan dikait-kaitkan dengan hal-hal tertentu yang buruk. Toh masih ada orang yang melajang dan mampu mengendalikan diri sehingga tidak berbuat hal yang tidak-tidak.
Pernah mendengar kata aseksual? Itu istilah perkembangbiakan amoeba. Kalau dihubungkan dengan manusia, aseksual ini biasa dilakukan oleh pemuka agama tertentu dengan istilah biarawan atau rahib. Orang biasa yang lajang yang bisa mengendalikan diri bisa juga disebut demikian. Yang pasti melajang itu menjadi hak dan pilihan setiap orang. Orang melajang bisa dengan banyak pertimbangan, tidak semata-mata karena jomblo atau tidak laku.
Saya sangat berharap paman, bibi, kakak, adik, sepupu, keponakan, tetangga dan orang lain yang saya kenal agar membuka pikiran mereka. Karena kebahagiaan bisa datang dari mana saja. Baik itu dari keluarga, teman, pekerjaan atau bahkan dalam kesendirian. Masih banyak kok para lajang yang berprestasi dan menghasilkan karya yang hebat. Akan lebih baik apabila kita membuat para lajang nyaman dengan dirinya agar lebih fokus dalam berkarya sehingga menghasilkan karya yang lebih hebat lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar