Kamis, 25 September 2008

TENTANG PENDAMPING

Kisah ini adalah kutipan dari khutbah Jumat 05/09/2008

Seorang saudagar kaya yang sedang meregang nyawa menanyai istrinya yang berjumlah 4 orang. Ia mulai dengan istri ke -4nya, "Istriku, engkau sangat ku sayangi, apapun yang kau minta selalu kuberi, makanan enak dan bergizi, pakaianyang indah dan perhiasan yang mewah engkau telah dapatkan dariku. Kini aku meminta sesuatu padamu."

"Apa itu?" Tanya istri ke-4.

"Maukah kau menemaniku di dalam kubur?" Tanya saudagar penuh harap.

"Maafkan aku. Aku tidak bisa menemanimu di dalam kubur. Perhiasan dan pakaian yang indah tidak akan berguna lagi apabila aku di dalam kubur. Aku akan hancur dan rusak," jawab istri ke-4.

Dengan perasaan yang begitu sedih ia menoleh pada istri ke-3. Ia bertanya hal yang sama padanya.

Istri ke-3 menjawab," Maafkan aku. aku pun tidak bisa ikut denganmu. Ingatkah engkau waktu akan mendapatkanku, engkau banting tulang, berjuang mati-matian berebut dengan saingan-sainganmu-bahkan menghalalkan segala cara. Aku memilih untuk tinggal. Sebab sepeninggal engkau aku akan diperebutkan oleh karib kerabat dan anak cucumu."

Saudagar itu tak bisa menahan tangisnya mendengarnya. Harapannya ia gantungkan pada istri ke-2nya. Ditanya hal yang sama, istri ke-2 menjawab, "Maafkan aku. Aku tidak bisa menemanimu. Aku harus melanjutkan kehidupan ini karena aku juga punya kehidupan sendiri."

Mendengar jawaban ketiga istrinya, dengan ragu dan kesedihan yang luar biasa saudagar itu berpaling pada istri pertamanya. Seorang wanita yang sederhana namun begitu baiknya. Wanita yang selama ini ia lalaikan karena sibuk memenuhi permintaan ketiga istrinya. Di luar dugaan, Istri pertamanya tanpa diminta pun ia menyanggupi untuk menemani saudagar itu ke dalam kubur.

Cerita di atas merupakan cerminan dari diri kita. Keempat istri saudagar tadi merupakanperwujudan dari hal-hal yang kita kejar dan perjuangkan di dunia ini.

*Istri ke-4 adalah raga atau badan kita yang selalu kita beri makanan enak dan bergizi serta obat-obatan juga kita tutupi dengan pakaian yang indah dan perhiasan yang mewah.

*Istri ke-3 adalah harta yang selalu diperebutkan dan diperjuangkan hingga banting tulang.

*Istri ke-2 adalah karib kerabat tempat berbagi yang selalu menyertai kita.

Dan ketiga istri tsb. tidak akan berguna atau tidak dapat menyertai kita di dalam kubur ataupun di akhirat sana. Hanya satu yang akan menemani kita di alam baka sana, yaitu:

*Istri pertama yaitu jiwa amal perbuatan kita.

Kamis, 18 September 2008

HADITS

Ilmu tanpa amal bagaikan awan tanpa hujan, orang kaya tanpa kedermawanan seperti pohon tanpa buah, orang miskin tanpa kesabaran ibarat sungai tanpa air, pemuda tanpa tobat laksana rumah tanpa atap dan perempuan tanpa rasa malu bak makanan tanpa garam.


Kamis, 11 September 2008

TENTANG SUATU NEGERI

Pada zaman ini sesuatu bisa berhasil menarik perhatian dan mempengaruhi masyarakat melalui seruan media yang gencar. Contoh salah satu cabang olah raga bisa begitu digandrungi apabila ia memiliki bintang yang menarikbaik dari rupa maupun penampilannya yang bergaya.

"Kayak milih ustadz dong," celetuk seseorang.

Saya jadi sadar, memang begitulah kecenderungannya saat ini. Demikian pula para dai yang menjadi panutan masyarakat harus jeli dengan keinginan 'pasar' apabila ingin tetap eksis.

Bisa direnungkan hadis Nabi berikut ini:

"Kelak akan datang suatu masa kepada umatku, (di mana) mereka tidak mengenal ulama kecuali melalui pakaian yang indah, mereka tidak mengenal Al Quran kecuali melalui suara yang merdu dan mereka tidak menyembah Allah kecuali pada bulan Ramadhan. Pabila hal itu telah terjadi, maka Allah akan menguasakan atas mereka pemimpin yang bodoh, yang tidak bijak dan yang tidak memiliki belas kasihan."

Kita bisa lihat, apakah acara keagamaan di media pada bulan biasa sama halnya pada bulan Ramadhan?

Begitu pula pemimpin-pemimpin kita saat ini seolah tidak memiliki hati nurani. Mereka tidak lagi peduli pada rakyt kecil. Sekalipun kemiskinan terus bertambah, mereka malah sibuk memperkaya diri sendiri dengan korupsi. Selain itu ada banyak skandal yang mereka lakukan.

Tidak ada alasan lagi untuk meragukan kebenaran Nabi.

Selasa, 02 September 2008

TENTANG HARGA DIRI

Ini mungkin keumuman yang kurang baik yang terjadi dalam beberapa keluarga. Di tengah keadaan yang serba rawan saat ini. Apa pun bisa terjadi termasuk hal buruk. Dari PHK hingga usaha yang gulung tikar. Biasanya kalau ada suami di PHK atau mengalami kebuntuan usaha, ia akan jeda dalam beberapa lama bahkan lama. Keadaan ini memaksa para istri untuk memutar otak untuk menutupi kebutuhan keluarga yang makin lama bukannya makin berkurang.

Tugas istri di sini jadi ganda. Sebelum berangkat kerja ia harus mengerjakan pekerjaan rumah; mulai dari bersih-bersih, mengurus anak hingga menyediakan kebutuhan suami yang-walaupun sudah tanpa kesibukan- masih tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri sekalipun itu hanya sarapan. Begitu pun saat pulang kerja, ia dihadapkan pada pekerjaan rumah yang tidak pernah ada habisnya.

Jika tiba saatnya kebutuhan rumah tangga meningkat, misalkan perlu biaya untuk anaknya mendaftar sekolah, sang Istri memutar otak lebih keras hingga ia kadang pulang terlambat karena lembur atau karena mencari penghasilan tambahan. Bagaimana sikap suami? Kadang ia cemburu membabi buta. Tak hanya sang istri yang telah bersusah payah menjalani peran gandanya, anak-anak pun menjadi sasaran. Terjadilah yang dinamakan KDRT termasuk kekersan terhadap anak-anak. Dan itu tidak hanya dilakukan oleh sang Suami, sang Istri pun jadi ikut-ikutan sebagai reaksi dari keadaan.

Secara naluriah laki-laki cenderung ingin dihargai dan wanita cenderung ingin dimanja atau disayang. Pada saat harga diri seseorang atau- dalam hal ini- laki-laki turun, ia akan gampang tersinggung. Harga dirinya akan naik kembali pada saat ia merasa dibutuhkan.

Adalah tiak benar apabila kita melakukan kekerasan dalam rumah tangga terutama kepada anak-anak dengan alasan himpitan beban ekonomi. Dan tidak benar pula karena merasa kita telah membesarkan dan memberi mereka makan, kita menjadi merasa berhak untuk berlaku sewenang-wenang terhadap anak-anak.

Tuhan menciptakan kita-manusia- hanya untuk membuat kita bahagia. Dan tugas kitalah untuk menjaga agar diri dan keluarga kita termasuk anak-anak agar tetap bahagia.