Kamis, 26 Februari 2009

100 HAL YANG MEMBUAT KITA MENUNGGU

Untuk berbuat sesuatu kita menunggu:

1. pagi
2. cerah
3. siang
4. hujan reda
5. PEMILU
6. ganti pemerintahan
7. ganti presiden
8. ramalan bintang
9. menikah
10. anak pertama lahir

menuggu...

11. orang tua meninggal (maaf, kasar, ya? Mestinya tidak begitu)
12. tua
13. pensiun
14. mapan
15. kaya
16. punya uang
17. pindah rumah
18. dapat undian
19. disahkan UU
20. kepastian hukum

menunggu...

21. hujan
22. tidak ada yang lihat
23. sehat
24. suasana tenang
25. dapat THR
26. gajian
27. kemarau
28. alarm bunyi
29. baju baru
30. sepatu baru

menunggu...

31. atasan baru
32. ganti tahun
33. dipaksa
34. bunga mekar
35. dia lewat
36. kesempatan
37. kesempatan ke-2
38. lampu nyala
39. lagu selesai
40. mati

menunggu...

41. sembuh
42. dingin
43. ilham
44. diingatkan
45. anak-anak besar
46. dia lengah
47. dia tidur
48. sadar
49. ikut pelatihan
50. hujan

menunggu...

51. rupiah menguat
52. longgarnya peraturan
53. dia tidak ada
54. sepi
55. ada yang mulai
56. pulih
57. perubahan
58. semua berubah
59. film habis
60. mati lampu

menunggu...

61. marahnya reda
62. mahir
63. dapat warisan
64. pulang
65. penuh
66. dibuatkan
67. habis
68. ditegur
69. dia mulai duluan
70. ditelepon

menunggu...

71. kering
72. malam
73. matang
74. selesai
75. dia datang
76. bis berikutnya
77. turun harga
78. BBM turun
79. daftar ini habis
80. selesai menulis

menunggu...

81. dapat ganti rugi
82. bisa
83. suasana hati yang bagus
84. bangun
85. enakan
86. baikan
87. kenyang
88. lapar
89. kepepet
90. jerawat hilang

menunggu...

91. lembar berikutnya
92. rezeki nomplok
93. panggilan
94. penjelasan
95. tahu
96. dia mengerti
97. detik terakhir
98. isyarat
99. bukti
100. bosan

Apabila keseratus hal di atas tidak begitu penting, kenapa masih menunggu?

Anda bisa menambah daftar di atas apabila dirasa perlu, klik komentar.

Rabu, 18 Februari 2009

HEMAT PLASTIK

Ini pengalaman teman saya yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Yang ia lakukan mungkin sangat kecil, tapi bisa berdampak besar apabila dilakukan beramai-ramai.

Teman saya ini--seperti kita kebanyakan--menyukai gorengan. Apa hubungannya? Setiap kali ia membeli gorengan biasanya ia mendapatkan 2 kemasan, kemasan kertas dan plastik kresek. Karena sering menyimak kampanye pengurangan sampah lingkungan untuk mencegah bencana, ia mulai beberapa saat lalu mengembalikan kemasan plastiknya. Tak ada yang luar biasa dari itu, hanya mendapat pandangan bingung dari pedagang. Tapi setelah berulang kali melakukannya, si pedagang mulai terbiasa. Sekarang tiap kali teman saya ini membeli gorengan di tempat itu, pasti mendapat pertanyaan, "Mau pakai plastik, gak?"

Begitu pun saat ia berbelanja di pasar atau pasar swalayan. Apabila sekiranya barang belanjaannya bisa dibawa tanpa tas plastik, ia akan mengembalikan tas plastiknya.

Hal kecil apa yang bisa dan telah kita lakukan untuk mengurangi sampah demi untuk menyelamatkan bumi.

Rabu, 11 Februari 2009

TENTANG KEMATIAN

Beberapa waktu lalu saya dikejutkan oleh telepon dari teman saya yang sudah lama tidak bertemu. Bukan soal teleponnya yang mengejutkan saya, tapi kabar yang ia sampaikan.

"Ada berita duka cita," ia berhenti sejenak. "Sawal meninggal...."

Dia menyebutkan seorang teman yang sudah lama tidak bertemu. Tidak terlalu akrab memang, tapi saya mengenalmya.

Yang lebih mengejutkan bagi saya cara meninggalnya yang tragis. Ia tewas ditikam perampok yang membawa kabur sepeda motornya saat sedang berada di rumah.

Keesokan harinya di depan tempat tinggal (kos) saya tenda telah didirikan dan lagu-lagu pujian dikumandangkan. Tetangga di seberang depan jalan sempit kos saya meninggal. Tepat di mana hari wafatnya Bapak Ali Alatas. Keduanya kebetulan tidak saya kenal.

Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un. Kata-kata itu biasa terlontar apabila kita mendapatkan musibah termasuk kematian. Apa yang berasal dari Tuhan Akan kembali kepada-Nya. Karena tidak ada satu atom pun yang luput dari kuasa Tuhan.

Berbicara tentang kematian, kita tidak tahu kapan, dimana dan dalam keadaan apa kita mati. Sudah siapkah kita?