Rabu, 23 Desember 2009

JANGAN TERPANCING

CERITA LAMA

Lagi-lagi jiran kita mengambil kekayaan milik kita. Diam saja atau melakukan tindakan? Bertindaklah! Tapi, ingat! Jangan terpancing! Mereka melakukannya dengan halus tapi sungguh memukul kita.Kalau kita terpancng dan membalas dengan kekerasan, mungkin itu yang mereka harapkan. Mereka akan tertawa dan menganggap kita tak beradab.

Kelakuan jiran kita itu sudah kita ketahui bersama dari dulu dan makin tega.

Menoleh lagi ke belakang, jiran kita itu adalah salah satu persemakmuran sekutu. Kemungkinan ia dijadikan alat/agen oleh sekutu untuk mengoyak-koyak negeri ini dengan serangan dari berbagai sisi: kebudayaan, ekonomi, geografis, politik dan hankam.

Yang terakhir itu saya ambil cntoh dari yang baru saja terjadi. Teror bom. Ternyata tanpa kita sadari jiran kita telah mengekspor teroris. Kalau kita telusuri perkumpulan islam garis keras produsen teroris berpusat di jiran. Kenapa melancarkan bom bunuh diri di sini? Bukan di negaranya sendiri. Sadarkah kita?

Apa yang telah dilakukan pemerintah kita sedikit banyak memukul mereka dengan penghentian sementara pengiriman TKI ke sana sampai ada kesepakatan bersama yang saling menguntungkan.

Jumat, 11 Desember 2009

LELAKI DI MATA PEREMPUAN

Ada penilaian perempuan terhadap lelaki berdasarkan parasnya yang mungkin sudah jadi rahasia umum.
  • Kalau lelaki ganteng melakukan kesalahan atau kejahatan, perempuan bilang no body's perfect. Tapi, kalau lelaki tak ganteng melakukan kesalahan atau kejahatan, perempuan bilang pantesan, sesuai tampang.
  • Kalau ada lelaki ganteng menolong mereka, perempuan akan berpikir dia sangat jantan. Tapi, kalau ada lelaki tidak ganteng menolongnya, malah dicurigai.
  • Kalau ada lelaki ganteng pendiam, perempuan bilang cool. Tapi, jika ada lelaki tak ganteng pendiam dibilangnya kuper (kurang pergaulan).
Serba salah, ya jadi orang gak ganteng.

Kamis, 03 Desember 2009

AMAL BERANTAI

Kadang perbuatan baik kita terhadap seseorang bisa memberikan kesempatan orang itu berbuat baik pula.

Ini kisah Ali teman saya. Suatu hari ia nebeng di mobil temannya saat perjalanan pulang.

Ali adalah pramuniaga di salah satu plasa di pusat Jakarta. Sekalipun ia bekerja di pusat perbelanjaan bergengsi namun ia hanya dibayar di bawah UMR. Timpang dengan para pelanggannya. Namun ia mencoba bertahan.

Dalam perjalanan mereka berhenti sejenak untuk menghindari kemacetan di sebuah kawasan niaga. Ia mengikuti temannya yang sedang melihat-lihat sepatu. Ali tidak berniat membeli sepatu sekalipun sepatu yang ia punya sekarang sudah sedikit terkelupas kulitnya. Gajinya hanya cukup untuk ongkos dan makan.

Melihat jalanan sudah mulai lancar, mereka meneruskan perjalanan pulang. Sesampainya di mobil sang teman melepaskan sepatunya dan menyodorkannya pada Ali.

"Ini, bawa pulang!"

Ali tak berkata apa-apa, tapi ia menuruti tawaran temannya.

Esoknya Ali berangkat kerja dengan sepatu baru--bukan baru, tapi masih sangat bagus--.

Selang beberapa hari teman kerja Ali mengeluhkan sepatunya yang sudah bolong-bolong. Ali teringat akan sepatu lamanya. Rupanya masih lebih baik daripada sepatu temannya itu. Daripada tak dipakai ia memberikan sepatu lamanya pada teman kerjanya. Temannya pun sangat berterima kasih. Dalam hati Ali berkata," Harusnya kamu berterima kasih pada teman saya. Karena dia saya bisa kasih sepatu itu sama kamu."